Selasa, 17 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Investasi Untuk Masa Depan
Tuhan Yesus bersabda: “… janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34). Sabda Tuhan ini tidak dimaksudkan melarang kita memikirkan masa depan. Tuhan tidak melarang kita memikirkan atau mempersiapkan hari depan. Yang diingatkanNya kepada kita adalah agar kita tidak menguatirkannya. Jelas bedanya! Memikirkan atau mempersiapkan tidak sama dengan menguatirkan. Tuhan justru menghendaki kita memikirkan dan mempersiapkan hari depan, untuk kehidupan di bumi ini maupun untuk kehidupan baka (bdk. Matius 6:19-21).
Situasi kehidupan di negeri Mesir pada zaman Yusuf, seperti yang dikisahkan dalam kitab Kejadian tadi (yang akhirnya menampilkan Yusuf ke atas pentas kehidupan politik Mesir) mengajar kita untuk memikirkan, mempersiapkan dan menyelamatkan masa depan.
Bagaimana cara kita membangun dan menyelamatkan masa depan kita? Tiada lain, yaitu ditentukan oleh bagaimana kita menjalani kehidupan hari ini, masa kini. Pada waktu itu bangsa dan negeri Mesir menjelang menikmati panen raya, masa kelimpahan selama tujuh tahun. Pada umumnya orang mudah tergoda (terlena) ketika sedang berada dalam keadaan serba cukup, bahkan berkelimpahan. Mudah melupakan hari esok. Seolah semua hendak dinikmati dan dihabiskan pada hari ini.
Penduduk Mesir, bahkan pemimpinnya, tidak memikirkan masa depan. Meski sang pemimpin sudah menerima petunjuk atau tanda-tanda zaman tentang masa depan, tetapi ia tidak bisa memahami artinya. Dalam situasi inilah Tuhan menyelamatkan, sekaligus memakai Yusuf sebagai alat untuk menyelamatkan masa depan Mesir, bahkan mempersiapkan dan menyelamatkan masa depan Israel (bdk. Kejadian 50:20).
Yusuf tahu (dikaruniai Tuhan kemampuan mengetahui) apa makna mimpi Firaun. Ia tahu kemungkinan yang akan terjadi pada bangsa Mesir apabila Mesir salah bertindak. Masa kelimpahan akan bisa membawa bangsa Mesir terlena hingga bisa mengabaikan masa depan mereka. Dalam keadaan berkelimpahan seseorang mudah terlena. Yusuf tahu apa yang harus dilakukan. Ia lalu mengingatkan dan menyampaikan usulan kepada Firaun agar masa depan Mesir terselamatkan. Kata kuncinya adalah: jangan boros, ingat masih ada hari esok.
Bagaimanapun, salah satu sikap hidup dan tindakan yang harus dilakukan untuk membangun masa depan adalah berhemat dan menabung. Berhemat berarti mempergunakan segala sesuatu seperlunya, sesuai kebutuhan, bukan menuruti keinginan. Kita tidak akan mungkin bisa membangun masa depan apabila tanpa membangun sikap hidup hemat.
Kita sudah turun-temurun dinasihati melalui berbagai pepatah, misalnya: “Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya”, atau “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian”; “Besar pasak daripada tiang”, dll. Namun situasi kehidupan kita saat ini makin banyak diwarnai dengan berbagai tawaran gaya hidup konsumtif, boros dan semacamnya. Silakan perhatikan sikap dan gaya hidup pada sebagian orang melalui ucapan misalnya: Mumpung masih tanggal muda (maksudnya: bisa membelanjakan berlebih meski sebenarnya bukan kebutuhan, tetapi sekadar keinginan, dan sebentar kemudian, ketika sudah tanggal tua mereka menjadi kelabakan, pinjam ke sana - ke mari ).
Sangat jelas, untuk mempersiapkan dan membangun masa depan kita harus membangun dan memiliki sikap dan gaya hidup yang bersahaja, produktif, bukan konsumtif. Ingat juga, ketika Tuhan Yesus memberi makan ribuan orang dengan lima roti dan dua ikan, Tuhan memerintahkan agar sisanya dikumpulkan (ada dua belas keranjang). Apa maksudNya? Kan semua orang sudah kenyang? Jelas, bahwa Tuhan tidak menghendaki berkatNya disia-siakan, terbuang percuma. Tentunya demikian pula yang Tuhan kehendaki dari kita. Begitulah jika kita bermaksud mempersiapkan masa depan kita. Masa depan kita, masa depan anak-cucu kita.
Situasi kehidupan di negeri Mesir pada zaman Yusuf, seperti yang dikisahkan dalam kitab Kejadian tadi (yang akhirnya menampilkan Yusuf ke atas pentas kehidupan politik Mesir) mengajar kita untuk memikirkan, mempersiapkan dan menyelamatkan masa depan.
Bagaimana cara kita membangun dan menyelamatkan masa depan kita? Tiada lain, yaitu ditentukan oleh bagaimana kita menjalani kehidupan hari ini, masa kini. Pada waktu itu bangsa dan negeri Mesir menjelang menikmati panen raya, masa kelimpahan selama tujuh tahun. Pada umumnya orang mudah tergoda (terlena) ketika sedang berada dalam keadaan serba cukup, bahkan berkelimpahan. Mudah melupakan hari esok. Seolah semua hendak dinikmati dan dihabiskan pada hari ini.
Penduduk Mesir, bahkan pemimpinnya, tidak memikirkan masa depan. Meski sang pemimpin sudah menerima petunjuk atau tanda-tanda zaman tentang masa depan, tetapi ia tidak bisa memahami artinya. Dalam situasi inilah Tuhan menyelamatkan, sekaligus memakai Yusuf sebagai alat untuk menyelamatkan masa depan Mesir, bahkan mempersiapkan dan menyelamatkan masa depan Israel (bdk. Kejadian 50:20).
Yusuf tahu (dikaruniai Tuhan kemampuan mengetahui) apa makna mimpi Firaun. Ia tahu kemungkinan yang akan terjadi pada bangsa Mesir apabila Mesir salah bertindak. Masa kelimpahan akan bisa membawa bangsa Mesir terlena hingga bisa mengabaikan masa depan mereka. Dalam keadaan berkelimpahan seseorang mudah terlena. Yusuf tahu apa yang harus dilakukan. Ia lalu mengingatkan dan menyampaikan usulan kepada Firaun agar masa depan Mesir terselamatkan. Kata kuncinya adalah: jangan boros, ingat masih ada hari esok.
Bagaimanapun, salah satu sikap hidup dan tindakan yang harus dilakukan untuk membangun masa depan adalah berhemat dan menabung. Berhemat berarti mempergunakan segala sesuatu seperlunya, sesuai kebutuhan, bukan menuruti keinginan. Kita tidak akan mungkin bisa membangun masa depan apabila tanpa membangun sikap hidup hemat.
Kita sudah turun-temurun dinasihati melalui berbagai pepatah, misalnya: “Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya”, atau “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian”; “Besar pasak daripada tiang”, dll. Namun situasi kehidupan kita saat ini makin banyak diwarnai dengan berbagai tawaran gaya hidup konsumtif, boros dan semacamnya. Silakan perhatikan sikap dan gaya hidup pada sebagian orang melalui ucapan misalnya: Mumpung masih tanggal muda (maksudnya: bisa membelanjakan berlebih meski sebenarnya bukan kebutuhan, tetapi sekadar keinginan, dan sebentar kemudian, ketika sudah tanggal tua mereka menjadi kelabakan, pinjam ke sana - ke mari ).
Sangat jelas, untuk mempersiapkan dan membangun masa depan kita harus membangun dan memiliki sikap dan gaya hidup yang bersahaja, produktif, bukan konsumtif. Ingat juga, ketika Tuhan Yesus memberi makan ribuan orang dengan lima roti dan dua ikan, Tuhan memerintahkan agar sisanya dikumpulkan (ada dua belas keranjang). Apa maksudNya? Kan semua orang sudah kenyang? Jelas, bahwa Tuhan tidak menghendaki berkatNya disia-siakan, terbuang percuma. Tentunya demikian pula yang Tuhan kehendaki dari kita. Begitulah jika kita bermaksud mempersiapkan masa depan kita. Masa depan kita, masa depan anak-cucu kita.
1 komentar:
kita bisa begini bisa juga begitu, apa sajalah yang penting baik akhirnya
Posting Komentar